Musik Tanpa Suara? Bagaimana Tunarungu Menikmati Musik

musik
Penyandang Tunarungu Yang Sedang Belajar Berkomunikasi

Musicology – Perlu kalian ketahui, musik sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Bagaimana mereka menikmati musik untuk melepaskan penat, stress bahkan mencurahkan segala keluh kesahnya. Namun, pernahkah kalian pikirkan, bagaimana orang yang memiliki keterbatasan pendengaran menikmati musik? Maka dari itu, artikel kali ini akan membahas tuntas, bagaimana seorang tunarungu masih bisa menikmati musik!

Sebelum ke penjelasan lebih dalam, mari kita mengetahui terlebih dahulu apa itu musik? Musik merupakan sebuah gabungan melodi dan nada. Musik tidak hanya untuk kalangan muda saja, namun dari usia dini hingga dewasa dapat menikmati musik.

Mengutip dari Buku Ajar Seni Tari Drama dan Musik Melayu karya Zufriady dkk, musik merupakan cabang seni yang menekankan penggunaan harmoni, melodi, ritme dan lagu untuk menampilkan nilai seni itu sendiri. Jadi kesimpulannya bahwa, musik memiliki peran yang sangat penting dalam budaya dan kehidupan manusia. 

Menurut Riset

Selain sebagai sarana hiburan dan ekspresi seni, lagu juga memiliki dampak psikologis dan emosional untuk para pendengarnya. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang memiliki keterbatasan pendengaran atau biasa disebut dengan tunarungu? Jika terlihat secara langsung hal tersebut sulit terlaksanakan! Namun, faktanya bahwa orang dengan gangguan pendengaran bisa menikmati sebuah lantunan lagu dengan cara dan metode tertentu. Lalu bagaimana caranya? Mari kita bahas lebih lanjut!

Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran tidak selalu berasal dari bawaan lahir atau karena kecelakaan tertentu. Bisa jadi penyebabnya ialah cara mendengarkan musik dengan volume yang tidak wajar. Sehingga menyebabkan gangguan pendengaran. 

Mengutip dari DW.Com riset yang terpublikasikan belum lama ini, sedikitnya 24% remaja mendengar lagu pada level yang eksesif. Eksesif sendiri merupakan, kebiasan yang melampaui batasan. Resiko dari perilaku eksesif saat mendengarkan musik ialah, mereka  bisa terancam memiliki masalah indra pendengaran serius hingga dapat menyebabkan tuli. 

Masih pada laman yang sama Lauren Dillard, mahasiswa postdoctoral di Medical University of South Carolina mengatakan bahwa, “Praktik mendengar musik pada level tidak aman, sudah jadi kebiasaan umum di kalangan remaja. Akibatnya, sekitar satu miliar remaja dan anak muda menghadapi risiko kehilangan kemampuan mendengar secara permanen.” 

Hasil riset yang terpublikasikan dalam BMJ Global Health tersebut merupakan kajian sistematik dan meta analisis. Para penulis jurnal ilmiah telah mengevaluasi 33 laporan dengan paparan kebisingan dan mendengarkan musik secara tidak aman. Sehingga membuat banyaknya resiko tuli bagi pendengar musik yang tidak disebabkan oleh bawaan lahir dan kecelakaan tertentu. 

Seorang Tunarungu Juga Bisa Mendengarkan Musik

Faktanya, orang yang memiliki keterbatasan pendengaran masih bisa menikmati indahnya sebuah lagu. Mereka dapat merasakan melalui pola-pola dan isyarat irama yang tertransfer melalui getaran. Getaran musik yang dirasakan dapat datang dari kedua tangan, tulang, atau dapat terasa melalui getaran tubuh lainnya. Oleh sebab itu, bukan menjadi hambatan lagi jika seseorang yang mengalami keterbatasan pendengaran tidak dapat menikmati lagu. Mereka tetap bisa menikmati lagu dengan metode tertentu. 

Melalui musik kita dapat memahami alunan nada yang didengarkan, hal tersebut dapat dipahami melalui otak. Getaran suara kemudian terproses melalui saraf telinga untuk disampaikan menuju otak. Kemudian, otak akan menerjemahkan sinyal sebagai sebuah bunyi. Pada tubuh manusia, terdapat korteks pendengaran atau auditori yang merupakan bagian dari otak.

Ketika tubuh mampu mengenali lagu, telinga dan tubuh akan merasakan getaran yang selanjutnya akan terproses ke otak. Maka dari itu, melalui getaran yang terkirim ke otak bisa menjadi metode untuk tunarungu menikmati lagu. Sebab, orang dengan keterbatasan pendengaran tidak mempunyai pendengaran seperti orang normal kebanyakan. 

Fungsi menangkap getaran oleh anggota tubuh lainnya agar bisa mengirim sinyal ke otak. Karena untuk orang tunarungu suara tentunya tidak dapat menangkap dari telinga, dan saraf di telinga pun tidak menghantarkan sinyal suara ke otak. 

Penderita gangguan pendengaran memiliki korteks yang akan ikut aktif ketika merasakan sebuah musik. Sinyal suara yang didengar dari luar akan terkirim ke korteks pendengaran. Namun, sinyal tersebut bukan berasal dari telinga seperti layaknya orang normal yang dapat mendengarkan. 

Cara Menikmati

Cara menikmati sebuah lagu untuk penderita gangguan pendengaran adalah dengan merasakan getaran musik yang berada di bagian otak. Otak penderita gangguan pendengaran juga berfungsi untuk mendengarkan. Bagi penderita tuli, mereka mampu mendengarkan getaran. Kemudian area di otak yang biasanya bertanggung jawab untuk menerima respon musik menunjukkan aktivitas layaknya orang mendengar. 

Penderita tuli memiliki persepsi getaran lagu yang kemungkinan sama nyatanya dengan suara yang sebenarnya. Oleh karena itu, pada akhirnya aktivitas otak penderita tuli sama aktifnya ketika mendengarkan lagu. Penderita tuli harus biasa mengenal musik sejak awal kehidupannya. Hal tersebut, agar auditori atau pusat untuk merangsang getaran musik dapat menerima. Apabila bagian otak sudah mengenal musik sejak dini selanjutnya dapat mengembangkan dan dapat merangsang.

Menurut Guru SLB

Gita selaku guru SLB  Widya Shantika khususnya bagi anak-anak tunarungu mengatakan, bahwa anak dengan tunarungu melatih gerakan mulut sebagai pemahaman untuk berkomunikasi. 

“Untuk bahasa isyarat itu hanya pendukung. Namun untuk memahami musik tertentu mereka menggunakan ekspresi yang dibantu dengan ketukan-ketukan atau getaran serta feeling dari diri mereka sendiri. Jadi dia tahu lagu tersebut bersifat sedih atau gembira,” jelas Gita lebih lanjut.

“Tidak semua anak dengan gangguan pendengaran atau tunarungu yang bersekolah di Widya Shantika mengalami tuli total, ada satu anak yang masih bisa mendengarkan namun terbantu menggunakan alat pendengar, serta masih bisa mendengarkan musik” tambahan Gita.

Otak manusia terancang agar dapat mendikte sebuah getaran secara tidak langsung. Meskipun terdapat bagian otak yang seharusnya tidak menerima sinyal suara lagu pada penderita tuli, namun bagian tersebut tetap berfungsi. Fungsi otak mampu merespon getaran yang dirasakan oleh tubuhnya sebagai ritme atau irama. Getaran dari lagu dapat terasa oleh tangan atau jari. Bagi penderita gangguan pendengaran, tentunya getaran ini akan terasa oleh mereka dan menjadikan mereka lebih peka terhadap sebuah getaran.

Bagi orang dengan kebutuhan khusus seperti pendengaran tentu saja hal tersebut sangat membantu untuk dapat menikmati sebuah lagu. Walaupun dengan metode dan cara tertentu mereka masih bisa menggambarkan sebuah ekspresi dari lagu itu sendiri. Meskipun, sekarang ini sudah ada alat bantu pendengar. 

Namun, perlu kalian ketahui tidak semua orang mempunyai kelebihan biaya. Maka dari itu, butuhnya metode untuk membantu orang yang mempunyai keterbatasan pendengaran menikmati musik. Jadi, sekarang ini mendengarkan lagu bukan sebuah hambatan lagi sebab semua orang dan semua kalangan bisa menikmatinya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *